Sabtu, 04 Januari 2020

Memproduksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Ketika memutuskan untuk menulis teks cerita fiksi, ide akan mengalir bersama pikiran yang berbaur dengan fakta secara bersamaan. Cobalah menulis bebas. Tuangkan semua ide yang muncul, tanpa mengoreksi sepatah kata pun. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaring suasana hati agar tidak merasa terbebani. Namun, tetap fokus pada jalan cerita.Tuliskan tentang karakter, peristiwa, tempat, atau apapun yang berkaitan dengan cerita yang dibangun.

1. Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks. Tema disaring dari motif – motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa – peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema pada cerita dalam tulisan ini adalah Persahabatan.

Tema dalam banyak hal bersifat mengikat kehadiran dan ketidakhadiran peristiwa, konflik, situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal – hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun  bersifat menjiwai selurh bagian cerita itu.  Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

2. Alur / Plot
Alur / Plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu pertama alur maju (progesif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan yang kedua alur mundur ( flash back progesif ) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.Plot/alur menampilkan kejadian – kejadian yang mengandung konflik maupun menarik bahkan mencekam pembaca. Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju/progresif

3. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang diotampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran  yang jelas kepada pembaca. Berdasarkan perbedaan sulit pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Tokoh Utama
Tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Beberapa tokoh Utama dalam cerita ini antara lain sebagai berikut.
  1. Andhika sifatnya memang pemalu dan juga introvert.
  2. Gondo pandai dalam berolahraga, wajahnya menunjukkan wataknya yang keras dan berjiwa pemimpin. Ia sangat lemah dalam urusan pelajaran sekolah.
  3. Yoga tubuhnya sangat kurus, rambutnya hitam keriting, matanya sayu. Untuk urusan pelajaran, ia selalu lebih pandai dari Gondo. Ia juga pandai berolahraga seperti badminton dan sepak bola. Sayangnya, ia kurang pandai mengekspresikan dirinya. 
  4. Fandy bertubuh kecil dan sangat lincah. Ia adalah anak yang periang dan suka bercanda.

b. Tokoh Tambahan
Tokoh Tambahan. Tokoh lain dalam cerita selain tokoh utama. Tokoh tambahan antara lain :
  1. Pak Tri tampan beralis tebal dan menjadi idaman murid-murid perempuan. Pak Tri tekstur wajahnya yang hampir mirip dengan bintang film India. Pelajaran yang dia beri menjadi momok yang mengerikan selama dua jam pelajaran bagi para murid, murid laki-laki tentunya.
  2. Bu Heni Guru BP sudah agak tua dengan rambutnya yang memutih.
No.StrukturKalimat
1.AbstrakDi sebuah SMA yang terletak di sebuah kota kecil yang indah dan damai ada tiga orang sahabat yang terkenal kebandelannya. Kebandelan mereka sering merugikan teman yang lainnya. Namun mujur tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, akibat ulah mereka sendiri mereka terkena batunya. Persahaban memang sangat diperlukan dalam pergaulan, namun tentunya persahabatan dalam artian yang positif.
2.OrientasiCahaya mentari pagi menyinari sebuah kota kecil yang indah dan damai. Kota ini hanya memiliki satu sekolah besar yang terdiri dari empat lantai. Sekolah tersebut bila dilihat dari atas berbentuk huruf U kotak yang menghadap ke utara. Di bagian tengah terdapat lapangan rumput besar yang sekaligus digunakan sebagai lapangan untuk upacara setiap hari senin.

Di kelas XI IPA sekolah tersebut ada tiga orang sahabat yang terkenal bandel, meraka adalah Gondo, Fandy dan Yoga. Sejak masih SD, Gondo sudah dikenal oleh guru dan teman-temannya sebagai murid paling nakal di sekolah. Ia memang pandai dalam berolahraga, terlihat dari tubuhnya yang tegap dan tinggi serta warna kulitnya yang sawo matang karena sering terbakar matahari. Rambutnya selalu ia potong cepak. Wajahnya menunjukkan wataknya yang keras dan berjiwa pemimpin. Ia sangat lemah dalam urusan pelajaran sekolah. Dia memiliki dua orang sahabat bernama Yoga dan Fandy.

Yoga sama tingginya dengan Gondo, tapi tubuhnya sangat kurus. Rambutnya hitam keriting, matanya sayu dan di wajahnya terlihat jelas lekuk pipinya yang kurus. Untuk urusan pelajaran, ia berkebalikan dengan Gondo. Nilai-nilainya selalu memuaskan dan Gondo selalu menyalin PRya ataupun menconteknya saat tes. Ia juga pandai berolahraga seperti badminton dan sepak bola. Sayangnya, ia kurang pandai mengekspresikan dirinya.

Sahabat yang satu lagi, Fandy, bertubuh kecil dan sangat lincah. Ia selalu menjadi andalan Gondo saat bermain sepak bola, melewati pemain demi pemain di depannya dengan sangat mudah. Ia adalah anak yang periang dan suka bercanda. Tapi seringkali candaannya membuat Gondo marah. Melihat Gondo marah, Fandy tetap cuek saja, karena ia berpikir suatu saat kemarahannya pasti akan berlalu dan mereka akan berbaikan kembali.

Kemudian saat-saat yang tidak ditunggu telah tiba. Bel sekolah berbunyi dengan sangat nyaring, menandakan dimulainya pelajaran. Tak lama kemudian, seorang guru tampan beralis tebal dan menjadi idaman murid-murid perempuan di sekolah masuk ke kelas XI – IPA . Pak Tri namanya. Tidak heran ia menjadi idaman karena tekstur wajahnya yang hampir mirip dengan bintang film India. Pelajaran yang dia beri menjadi momok yang mengerikan selama dua jam pelajaran bagi para murid, murid laki-laki tentunya.

Kurang lebih lima belas menit kemudian, terdengar ketukan di pintu kelas. Terlihat seorang guru BP yang sudah agak tua dengan rambutnya yang memutih berdiri di sana. Ibu Heni namanya. Di sampingnya berdiri seorang anak laki-laki 13 tahun. Rambutnya hitam lurus dan wajahnya bersih. Tubuhnya sedikit kurus dengan seragam SMP putih biru yang baru dan rapi. Tas hitam selempang yang ia gunakan tampak sudah lama sekali dipakai. Ia terlihat sangat tegang layaknya anak yang baru saja pertama kali masuk ke kelas. Pak Tri mempersilakan anak tersebut masuk.

“Nah, anak-anak, kita kedatangan teman baru, namanya Andhika Wibowo. Ia dari luar kota dan baru saja pindah ke sekolah ini. Semoga kalian bisa cepat berkenalan dengan dia.”

Andhika sesekali menunduk ke bawah menghindari tatapan anak-anak di dalam kelas. Sifatnya memang pemalu dan juga introvert.

“Silakan pilih tempat duduk. Ada beberapa yang kosong.”
3.KomplikasiAndhika memilih tempat duduk kosong di paling belakang. Saat berjalan menuju ke belakang, banyak anak yang bisik-bisik mengomentarinya. Salah satunya adalah Gondo.

“Hei Fan, menurutmu anak itu berasal dari mana ya? Kenapa bisa pindah di tengah-tengah catur wulan begini?”, bisik Gondo kepada Fandy yang duduk di sebelahnya.

“Mana aku tahu. Coba tanya saja langsung ke dia. Tapi tampaknya dia pendiam sekali.”, kata Fandy sambil menoleh ke arah Andhika.

“Mungkin di sekolahnya yang lama dia nakal sekali, jadi ia dihukum lalu dikeluarkan dan pindah ke sini.”, Gondo langsung mengambil kesimpulan.

“Ooo… mungkin juga. Seperti kamu yang sering dihukum.”, mendengar kata-kata Fandy, Gondo langsung menjitak kepalanya, “Ngawur kamu!”. Fandy mengusap-usap kepalanya meringis kesakitan. Walaupun pukulan Gondo ringan, tapi tenaganya cukup kuat baginya.

“Eh, biasanya anak baru harus selalu mengikuti ospek kan?”, kata Gondo disertai senyum licik. Fandy juga tersenyum dan langsung mengerti maksudnya.

“Jadi, apa rencanamu Gon?”.

Namun obrolan mereka terhenti ketika Pak Tri memulai pelajarannya, semua siswa mengikuti pelajaran dengan serius. Tanpa terasa delapan jam pelajaran telah berlalu dan anak-anak diperbolehkan pulang. Namun, Gondo, Yoga dan Fandy tidak segera pulang karena mereka merencanakan sesuatu untuk si siswa baru bernama Andhika.

Sementara itu, Andhika tidak langsung pulang, melainkan menuju ke ruang BP, dimana Ibu Heni telah menunggunya. Ia harus menyelesaikan urusan administrasi perpindahan sekolah dari sekolah lama ke sekolah baru.
4.EvaluasiSetelah selesai menyelesaikan masalah administrasi, Andhika terlebih dahulu menuju toilet untuk buang air kecil. Saat menuju ke toilet dan melewati kelas XI-IPA, ia berhenti sebentar dan melihat tiga orang anak laki-laki yang sedang memasukkan buku ke dalam tasnya, bersiap-siap untuk pulang. Merasa dilihat oleh seseorang, salah satu dari ketiga anak tersebut menoleh ke arah Andhika. Andhika dengan cepat membuang muka dan bergegas menuju ke toilet.

Karena lampu rusak, toilet menjadi gelap dan hanya terdapat cahaya remang-remang yang berasal dari pintu masuk. Karena sudah di ujung tanduk, Andhika pun memberanikan diri untuk masuk dan langsung menuju ke salah satu kamar kecil, walaupun jantungnya berdegup kencang karena takut kegelapan. Ia sengaja tidak menutup pintu kamar kecil tersebut supaya tidak gelap total.

Saat sedang buang air kecil, tiba-tiba pintu kamar kecil terbanting dan menutup dengan sendirinya! Andhika kaget dan secara spontan berbalik berusaha membuka pintu, tapi pintu tersebut tertahan dari luar. Pintu kamar kecil tersebut hanya bisa dibuka ke arah dalam, sedangkan dari luar kamar kecil, terdapat sapu yang gagangnya dikaitkan di pegangan pintu dan membuat pintu tertahan. Ia sempat mendengar tawa anak lelaki dan beberapa langkah sepatu berlari keluar dari toilet.

“HEI! Siapa di sana?! Buka pintunya!!”, Andhika berteriak marah sambil mendobrak-dobrak pintu. Suara langkah sepatu tersebut perlahan-lahan menghilang. Andhika masih tetap mendobrak-dobrak pintu, berusaha untuk keluar.

“Buka pintunya!! Kurang ajar!!”

Andhika terus mendobrak dan akhirnya kelelahan. Ia hanya bisa duduk dan menangis pelan. Pintu tertutup sehingga tidak ada seberkas cahaya pun masuk ke dalam kamar kecil. Andhika mulai takut dengan kegelapan total di dalam sana.

Andhika tiba-tiba mendengar suara sapu yang terjatuh di lantai. Pintu kemudian sedikit terbuka dengan suara pintu yang sudah berkarat. Andhika merasa heran karena tidak ada suara langkah sepatu sama sekali saat sapu terjatuh. Ia segera berdiri dan membuka pintu perlahan-lahan, mengintip dari balik pintu.

Ia lihat ke kanan dan ke kiri, di dalam kegelapan dengan cahaya yang samar, sama sekali tidak ada tanda-tanda orang masuk ke toilet. Andhika langsung merinding, bulu kuduknya berdiri. Ia langsung mengambil langkah seribu keluar dari toilet.
5.ResolusiSetelah keluar dari sekolah, ia segera pulang dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan pulang, ia melewati sebuah warung di depan sekolah yang di dalamnya terdapat Gondo, Yoga, dan Fandy sedang makan siang. Mereka duduk menghadap arah dalam warung sehingga tidak menyadari bahwa Andhika sudah lewat di belakang mereka.

“Eh, Gon. Menurutmu tidak apakah meninggalkan Andhika sendirian? Di dalam toilet kan gelap sekali.”, tanya Fandy khawatir memikirkan Andhika.

“Ah biarkan saja dia di sana. Sebagai latihan supaya dia terbiasa di sekolah ini. Terutama bau toiletnya. Hihihi…”, kata Gondo sambil terkekeh-kekeh. Yoga hanya diam saja.

“Tapi sudah tidak ada orang lagi di sana. Bagaimana kalau tidak ada yang masuk lagi ke sekolah dan menemukan dia? Nanti malah dia harus tinggal di sana hingga besok pagi.”
Ketika memutuskan untuk menulis teks cerita fiksi Memproduksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel
“Hmmm… iya juga ya. Ternyata otakmu bisa jalan juga ya Fan.”

“Tentu saja otaknya jalan, kan dia juga terkadang memberimu contekan saat tes”, sahut Yoga dengan suara datarnya. Mendengar kata-kata Yoga, Gondo langsung menjitak kepalanya. “Huh, diam kamu!”, Yoga hanya bisa meringis kesakitan.

“Ya udah, selesai makan kita langsung ke toilet membebaskan dia. Nanti setelah aku buka pintunya, kita harus langsung kabur ya, supaya tidak ketahuan kalau kitalah yang menahan pintu dengan sapu.”, kata Gondo memperingatkan Yoga dan Fandy.

Setelah makan siang, Gondo dan Fandy segera menuju ke toilet, sedangkan Yoga pulang terlebih dulu karena ia harus mengikuti les matematika di rumah.
6.KodaLangkah mereka terhenti saat mereka berada di depan pintu toilet. Mereka melihat pintu yang seharusnya tertahan malah terbuka dengan sapu yang terjatuh di depannya. Gondo dan Fandy terpaku sesaat, kemudian saling berpandangan. Suasana toilet yang gelap dan seram kemudian memberi mereka asumsi bahwa yang membuka pintu tersebut adalah… HANTU!! Mereka langsung lari terbirit-birit meninggalkan sekolah.
Sumber : http://detitriana27.blogspot.co.id/2013/01/novel-remaja.html dengan perubahan.